Powered by Blogger.

Sunday, April 6, 2014

KOMUNIKASI NON-VERBAL

      Komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi, yang pada umumnya digunakan untuk memperkuat kata dan memperjelas pesan-pesan verbal. Sebagai contoh: Tuti meyampaikan informasi kepada Ana, sahabatnya, bahwa dia dinyatakan tidak lulus ujian penerimaan pegawai, selama menyampaikan informasi tersebut Tuti tidak menangis, tetapi selalu dengan muka tertunduk lesu, sehingga Ana tahu bahwa tuti sangat sedih atas kondisinya saat ini. Sikap tubuh Tuti merupakan bentuk komunikasi nonverbal yag mengindikasikan bahwa dia sangat sedih.

Ilustrasi di atas terlihat bahwa komunikasi non verbal tidak bisa dipisahkan dari setiap kegiatan komunikasi yang kita lakukan. Dalam bahasan modul 6 kegiatan belajar 2 telah dijelaskan bahwa sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi, komunikasi non verbal memiliki ciri:

1. Selalu ada dalam kehidupan nyata sehari-hari. Artinya bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu didiringi dengan kegiatan komunikasi non verbal. Ekspresi wajah kita, gaya bicara kirta, gerakan tangan dan kaki kita semuanya menggambarkan kegiatan komunikasi non verbal.

2. Tidak mungkin tidak kita komunikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa direncanakan atau tidak, disengaja atau tidak komunikasi non verbal selalu kita komunikasikan.

3. Terikat oleh budaya. Artinya bahwa komunikasi non verbal dipengaruhi oleh budaya dari masing-masing orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan makna antara satu orang dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda terhadap suatu perilaku non verbal. Sebagai contoh anggukan kepala bagi orang Indonesia diartikan sebagai tanda setuju, sedangkan anggukan kepala pada orang jepang diartikan sebagai tanda penghormatan.

4. Dapat mengungkapkan perasaan dan sikap seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi non verbal bisa mewakili seseorang dalam mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya yang mungkin tidak terungkap melalui pesan verbal. Misalnya kita sedang marah dengan teman kita, namun kita tidak berani mengatakannya hanya raut muka kita yang tampak cemberut.

5. Memodifikasi pesan verbal. dalam hal ini komunikasi verbal diartikan sebagai penguat atau pelengkap komunikasi. Misalnya kita berkata pada anak kita “ Ibu marah sekali melhat perilakumu seperti itu” ketika kita mengatakan hal tersebut diiringi intonasi yang keras, sehingga anak kita tahu bahwa ibunya benar-benar marah.

0 comments:

Post a Comment