Komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk
komunikasi, yang pada umumnya digunakan untuk memperkuat kata dan
memperjelas pesan-pesan verbal. Sebagai contoh: Tuti meyampaikan
informasi kepada Ana, sahabatnya, bahwa dia dinyatakan tidak lulus ujian
penerimaan pegawai, selama menyampaikan informasi tersebut Tuti tidak
menangis, tetapi selalu dengan muka tertunduk lesu, sehingga Ana tahu
bahwa tuti sangat sedih atas kondisinya saat ini. Sikap tubuh Tuti
merupakan bentuk komunikasi nonverbal yag mengindikasikan bahwa dia
sangat sedih.
Ilustrasi di atas terlihat bahwa komunikasi non
verbal tidak bisa dipisahkan dari setiap kegiatan komunikasi yang kita
lakukan. Dalam bahasan modul 6 kegiatan belajar 2 telah dijelaskan bahwa
sebagai salah satu bentuk kegiatan komunikasi, komunikasi non verbal
memiliki ciri:
1. Selalu ada dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Artinya bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu didiringi dengan
kegiatan komunikasi non verbal. Ekspresi wajah kita, gaya bicara kirta,
gerakan tangan dan kaki kita semuanya menggambarkan kegiatan komunikasi
non verbal.
2. Tidak mungkin tidak kita komunikasi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa direncanakan atau tidak, disengaja atau tidak
komunikasi non verbal selalu kita komunikasikan.
3. Terikat
oleh budaya. Artinya bahwa komunikasi non verbal dipengaruhi oleh budaya
dari masing-masing orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan makna antara satu orang dengan
orang lain yang memiliki latar belakang berbeda terhadap suatu perilaku
non verbal. Sebagai contoh anggukan kepala bagi orang Indonesia
diartikan sebagai tanda setuju, sedangkan anggukan kepala pada orang
jepang diartikan sebagai tanda penghormatan.
4. Dapat
mengungkapkan perasaan dan sikap seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa
komunikasi non verbal bisa mewakili seseorang dalam mengekspresikan apa
yang ada dalam hatinya yang mungkin tidak terungkap melalui pesan
verbal. Misalnya kita sedang marah dengan teman kita, namun kita tidak
berani mengatakannya hanya raut muka kita yang tampak cemberut.
5. Memodifikasi pesan verbal. dalam hal ini komunikasi verbal diartikan
sebagai penguat atau pelengkap komunikasi. Misalnya kita berkata pada
anak kita “ Ibu marah sekali melhat perilakumu seperti itu” ketika kita
mengatakan hal tersebut diiringi intonasi yang keras, sehingga anak kita
tahu bahwa ibunya benar-benar marah.
0 comments:
Post a Comment