A.
Model informasional
B.
Model relasional
1. Model Komunikasi dari Aristotles
Salah satu pengutara model yang terdahulu yaitu
seorang filsof Yunani, Aristotles. Aristoteles menyajikan komunikasi sebagai
bentuk komunikasi antara orator dengan audience yang berjumlah banyak.
Modelnya meliputi sedikit elemen. Ini bisa dipahami mengingat Aristoteles hidup sekitar tahun 500 BC. Jadi saat itu belum ada media komunikasi yang muncul untuk membantu orator menyampaikan pesannya kepada audience yang berjumlah banyak. Satu-satunya jalan adalah dengan berpidato di hadapan khalayak (audience) yang berjumlah banyak.
Modelnya meliputi sedikit elemen. Ini bisa dipahami mengingat Aristoteles hidup sekitar tahun 500 BC. Jadi saat itu belum ada media komunikasi yang muncul untuk membantu orator menyampaikan pesannya kepada audience yang berjumlah banyak. Satu-satunya jalan adalah dengan berpidato di hadapan khalayak (audience) yang berjumlah banyak.
2. Model Komunikasi dari Harold Laswell
Ahli ilmu politik Harold Laswell, menulis pada
1948, pertanyaan : “Siapa yang berbicara, menggunakan saluran apa dan apa
efeknya?” (“Who says what in which channel with what effect?”)
Model Laswell memberi perhatian pada impact/pengaruh dari komunikasi. Perhatiannya terjadi ketika Adolph Hitler dan Winston Churchill memberi pengaruh kuat ketika berpidato baik langsung maupun menggunakan radio.
Bukan hal yang mengherankan bahwa sebagai seorang ahli politik, Lasswell tertarik pada efek komunikasi yang dihasilkan oleh kedua orator ulung tersebut, karena keduanya memberikan efek yang luar biasa kepada para audience-nya.
Model Laswell memberi perhatian pada impact/pengaruh dari komunikasi. Perhatiannya terjadi ketika Adolph Hitler dan Winston Churchill memberi pengaruh kuat ketika berpidato baik langsung maupun menggunakan radio.
Bukan hal yang mengherankan bahwa sebagai seorang ahli politik, Lasswell tertarik pada efek komunikasi yang dihasilkan oleh kedua orator ulung tersebut, karena keduanya memberikan efek yang luar biasa kepada para audience-nya.
3. Model Komunikasi dari Shannon and Weaver
Model Shannon and Weaver (1949) berfokus pada
teori informasi, dan khususnya mengenai transmisi dan penerimaan message.
Modelnya terdiri dari tige elemen: transmiter, receiver dan sumber gangguan. Dalam telekomunikasi, alat transmiter dan penerima bisa berupa alat perangkat keras, yang digunakan antara pengirim dan penerima.
Gangguan bisa berasal dari cuaca yang buruk, peralatan listrik yang terganggu oleh sinyal dsb.
Shannon dan Weaver tampak lebih intens memperhatikan adanya sumber gangguan (noise source) yang mungkin ada saat seseorang melakukan komunikasi menggunakan alat-alat transmisi, karena mereka berdua memiliki pengalaman bekerja di area telekomunikasi dimana sumber gangguan sering muncul. Dengan adanya sumber gangguan (noise source) ini banyak kemungkinan dapat terjadi. Bisa saja pesan (message) yang disampaikan oleh sumber informasi (info source) tidak sampai ke tujuan (destination), bisa juga si penerima salah mengartikan pesan, atau dapat pula pesan justru diterima orang lain.
Modelnya terdiri dari tige elemen: transmiter, receiver dan sumber gangguan. Dalam telekomunikasi, alat transmiter dan penerima bisa berupa alat perangkat keras, yang digunakan antara pengirim dan penerima.
Gangguan bisa berasal dari cuaca yang buruk, peralatan listrik yang terganggu oleh sinyal dsb.
Shannon dan Weaver tampak lebih intens memperhatikan adanya sumber gangguan (noise source) yang mungkin ada saat seseorang melakukan komunikasi menggunakan alat-alat transmisi, karena mereka berdua memiliki pengalaman bekerja di area telekomunikasi dimana sumber gangguan sering muncul. Dengan adanya sumber gangguan (noise source) ini banyak kemungkinan dapat terjadi. Bisa saja pesan (message) yang disampaikan oleh sumber informasi (info source) tidak sampai ke tujuan (destination), bisa juga si penerima salah mengartikan pesan, atau dapat pula pesan justru diterima orang lain.
4. Model Komunikasinya Schramm
Wilbur Scrharamm (1954) mulai mempelajari
komunikasi sebagai disiplin independent.
Salah satu kontribusi Schramm adalah adanya kesadaran tentang field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki pengirim maupun penerima.
Pengirim akan meng-encode pesan berdasarkan atas pengalamannya.
Penerima akan men-decode pesan berdasarkan pengalamannya.
Seandainya antara pengirim dan penerima tidak terdapat pengalaman yang sama, maka komunikasi tidak akan terjadi.
Salah satu kontribusi Schramm adalah adanya kesadaran tentang field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki pengirim maupun penerima.
Pengirim akan meng-encode pesan berdasarkan atas pengalamannya.
Penerima akan men-decode pesan berdasarkan pengalamannya.
Seandainya antara pengirim dan penerima tidak terdapat pengalaman yang sama, maka komunikasi tidak akan terjadi.
Kemampuan penerima men-decode message sesuai
dengan aslinya tergantung dari adanya pengalaman yang sama atas message
tersebut. Model lain dari Schramm meperkenalkan ide tentang feedback dari
penerima kepada pengirim pesan. Dalam model ini komunikasi menjadi proses
berkesinambungan dari pengiriman message dan feedback.
Model ini menunjukkan adanya interaksi.
Model ini menunjukkan pesan membuat lingkaran.
Model ini menunjukkan adanya interaksi.
Model ini menunjukkan pesan membuat lingkaran.
5. Model dari Berlo
Berlo (1960) mengambil pendekatan yang berbeda
untuk mengkonstruksi model.
Ia menciptakan model yang ia sebut sebagai “model dari isi komunikasi. Model ini mengindentifikasi factor-faktor yang mengontrol atas empat elemen komunikasi yaitu: Source/sumber, Message/pesan, Channel dan Penerima.
Model ini menjanjikan pertolongan dalam mengidentifikasi factor-faktor spesifik yang digunakan dalam eksperimen.
Ia menciptakan model yang ia sebut sebagai “model dari isi komunikasi. Model ini mengindentifikasi factor-faktor yang mengontrol atas empat elemen komunikasi yaitu: Source/sumber, Message/pesan, Channel dan Penerima.
Model ini menjanjikan pertolongan dalam mengidentifikasi factor-faktor spesifik yang digunakan dalam eksperimen.
0 comments:
Post a Comment